06 Agustus 1997

Belajar menerima

Pagi ini aku masuk ke dalam kelompok Bible Introduction. Aku merasa senang dengan kelompokku. Mereka sangat tertarik ketika aku berbicara tentang pluralitas di Indonesia.


Dalam keheningan setelah Evening Prayer, Br. Jang mendekatiku dan mengajakku mengikuti dia untuk diperkenalkan kepada Br. Roger di tengah keheningan malam dalam gedung gereja. Aku diberkati oleh Br. Roger. Wajahnya sudah keriput, tapi sungguh, masih memancarkan keceriaan. Tanda salib yang diberikan Br. Roger di dahiku, mengingatkan bahwa aku pun dipanggil untuk ikut serta dalam perjuangan komunitas mereka, menjadi duta Kerajaan Allah, yang memungkinkan benih-benih rekonsiliasi itu bersemai.


Keluar dari Gereja Rekonsiliasi setelah Evening Prayer, aku bertemu dengan 3 orang pemuda Polandia yang hobi “minum”, ketika aku menikmati keheningan malam di tikungan dekat Le Puy. Pertemuanku dengan mereka sempat membuatku sulit tidur, mengapa masih saja ada orang yang merindukan minum alkohol di komunitas religius seperti ini. Akhirnya aku sadar, walau bagaimanapun juga ini Eropa, dan ada perbedaan budaya antara aku dan mereka. Tapi yang mengherankan, aku tidak habis mengerti mengapa mereka sangat ketakutan sekali ketika akan minum minuman beralkohol di Taize yang juga Eropa ini. Dari Yusuf akhirnya aku baru tahu, bahwa mereka hanya diperbolehlan minum minuman beralkohol hanya 1 gelas setiap hari. Ya, ternyata Komunitas Taize melarang peziarah untuk minum beralkohol lebih dari 1 gelas sehari, agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan orang lain, apabila seseorang kebanyakan “minum”. Untuk hal ini aku patut menghargai mereka yang mau “membatasi kebiasaan mereka” untuk kebaikan bersama.


Perjumpaanku dengan Piti dari Bangladesh membuat aku semakin sadar tentang realitas hidup. Bahwa Pendeta adalah juga manusia yang juga butuh fasilitas yang kadang tidak hanya sekedarnya, karena Pendeta juga bisa dipahami sebagai “jabatan” sebagai “hamba Allah’, tapi apakah memang begitu, sehingga harus untuk menerima fasilitas lebih? Entahlah, mungkin aku pun bisa menjadi demikian!


Tidak ada komentar: