Kemarin malam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena hari ini aku harus meninggalkan Taize. Kereta api dari Macon akan berangkat pukul 06.27 ke Lyon. Br. Jang mengatakan bahwa mobil komunitas akan siap pukul 05.30. Karena tidak bisa tidur pukul 04.30 pagi aku nekad mandi, 45 menit kemudian aku bangunkan Julius yang nampaknya tidak “kuat” bangun. Lalu ke kamar Michael dan Bas untuk “say goodbye” dan memberi sedikit sovenir. Nampaknya pukul 05.15 Br. Jang sudah siap di kamarku sambil membantu membereskan barang-barangku. Pukul 05.25 aku berangkat diantar Br. Jang ke Macon. Dalam perjalanan Br. Jang bertanya apakah Pak Gerrit akan menjemputku, dengan nada sedikit malas akau menjawab: “tidak tahu!”. Rupanya Br. Jang tahu suasana hatiku yang tidak menentu. Disatu sisi “ingin pulang”, tapi di sisi yang lain berat rasanya untuk meninggalkan Taize, sehingga Br. Jang menghiburku dengan mengatakan: “Semua orang yang pernah ke Taize pasti pernah mengalaminya!”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
menarik..mencoba meliht & trkait dgn kehidupan komunitas Taize. memahami sbuah makna hidup, spiritualitas,dll. tapi yg jadi pertanyaan apakh dalm pemaknaan hidup hnya bisa cepat dicapai di Taize? tentu tidak. semua bisa terjadi n dimaknai dimanapun, kapanpun. makna hidup tidak terkait dgn tempt, kejadian, peristiwa, lingkungn. tetapi makna hidup terlihat pada saat berdiri didepan cermin.
oya Pak. saya dari GKI Kediri tepatnya di Bajem Tanjung. Iya saya dekat sama Mas SIgit. tpi klo Mas Adam tidak begtu soalnya diah jauh Di Prancis sna ha..ha..
tentu tidak harus melulu dgn Taize. Tapi jelaslah karena itu jurnalku ketika di taize ya hal2 itu kucapai di Taize. Dan itu sungguh menolong aku untuk melihat dan memaknai realitas dunia -tentu di luar Taize-. Itu juga yang membuat aku memilih hidup seperti ini: biasa2 aja, gak jelas dengan jabatan spiritual ha..ha.... tapi menemukan banyak nilai spiritual dari yang biasa-biasa aja. bahkab dengan nakanan. Oh God is meal! ha...ha.
Posting Komentar