07 Juli 2008

Membuat Setan

Ketika masing tinggal di Asrama Fakulas Teologia dalam kompleks kampus UKDW, tengah malam merupakan situasi yang menyenangkan serta serba tidak bisa diduga. Maksudnya bisa biasa-biasa saja (semua penghuni tertidur), tapi juga bisa terjadi sesuatu yang luar biasa. Yang terakhir ini bisa terjadi kalau ada yang kelaparan di tengah malam, lalu membangunkan temannya dan terciptalah suatu kreativitas.


Suatu malam kebetulan saya belum tidur dan ngumpul di salah satu kamar teman di unit Putra bagian depan. Kebetulan tema pembicaraan kita adalah sama: kita kelaparan. Memang benar, bagi anak Teologi, kelaparan selalu menimbulkan “kreativitas”. Muncullah ide untuk “mengambil” nangka yang ada di kompleks taman Eden di tengah Fakultas Theologi. Untuk menuju ke sana berarti harus ke luar dari gerbang asrama yang terkunci (alias loncat pagar) atau menerobos unit Putri untuk dapat jalan tembus ke taman Eden, di mana banyak pohon nangka bisa didapat. Entah bagaimana, akhirnya nangka itu sudah terhidang di depan kami. Saya yakin ini pasti keahlian seorang teman dari Irian Jaya yang memanjat pohon nangka itu. Setelah kita kekenyangan makan nangka….tangan pun kena getahnya…. Disinilah awal kreativitas itu. Untuk hilangkan getah itu hanya bisa dengan minyak tanah, tapi dapur terkunci. Akhirnya ada usulan agar pakai bedak saja. Maka tim “pencuri” nangka pun segera dilepotin dengan bedak pada tangannya, bahkan sampai ke mukanya…. Tiba-tiba muncul ide untuk menakut-nakuti teman yang belum tidur yang ada di unit Putra bagian belakang.


Rencana segera disusun, beberapa teman yang berlepotan bedak, membungkus diri dengan selimut sehingga nampak seperti pocongan…ha..ha.. Lalu seorang teman yang lain melemparkan sisa-sisa nangka itu ke atas supaya jatuh kembali dan menimbulkan suara yang berdebam: “Duam!” di samping ruang TV unit Putra. Teman yang lain mengintip reaksi beberapa teman di kamar ujung Selatan (paling dekat dengan bunyi yang kami ciptakan) mereka mulai bereaksi : Tolah-toleh ke kiri dan kekanan”, maka “tim setan” kami segera mengendap-endap persis di depan meja belajar mereka. Nampaknya mereka sudah akan beranjak ke tempat tidur. Ketika melihat bayangan “setan-setan” kami, ada yang segera bereaksi menarik selimut, membuang muka seolah tidak melihat (walau ekspresi wajahnya terlihat pucat–ketakutan), bahkan ada yang segera berdoa, …ha..ha..ha….kami berhasil menakut-nakuti mereka. Pada pagi harinya, mulailah kami pancing-pancing untuk mendengarkan respon dan komentar-komentar mereka. Nampaknya kami berhasil….! Karena memang legenda tentang “setan-setan” di kompleks Asrama Teologi bukanlah komoditi baru.


Lucu memang, kami para mahasiswa teologi, katanya calon Pendeta yang harus mengusir kuasa kegelapan dan setan-setan “sang penguasa”di angkasa itu malahan justru menjadi orang-orang yang paling ulung menciptakan “setan-setan”.


Nampaknya perlu diwaspadai, jangan-jangan sesuatu yang nampak lucu itu lama-lama kehilangan kelucuannya dan jadi mengerikan karena saking ahlinya membuat “setan-setan-an” yang lucu, bisa bosan “membuat setan-setanan”, lalu malah jadi setan beneran yang menakutkan. Lebih ironis lagi kalau sudah jadi setan beneran,

tapi tidak sadar kalau sudah menjadi setan beneran, karena hidup sudah mapan (apalagi dengan embel-embel : Pendeta!). Marilah para “pembuat setan yang kreatif”, kita saling mendoakan dan mengingatkan agar kelak kita tidak jadi setan-setan beneran yang berseliweran di gereja. Semoga kisah ini selalu ingatkan kita untuk tidak jadi setan beneran di gereja-Nya. Semoga……..!






















Tidak ada komentar: