09 Juli 2008

Lobang Neraka

Setiap malam menjelang tidur, saya bersama seorang teman, sebut saja GVT (Ingat bukan TGV: kereta api cepat yang di Prancis itu!) yang kebetulan tinggal di kamar kedua setelah kamarku punya kebiasaaan cuci kaki dan sikat gigi bersama sebelum tidur. Suatu malam, kurang lebih jam 22.00, temanku itu mengajak untuk cuci kaki dan sikat gigi bersama. Tapi karena saya masih nglembur dan membuat tugas yang belum selesai, saya suruh dia duluan.


Kira-kira 30 menit kemudian, dia mengetuk kamarku. Ketika kubuka, aku lihat dia menenteng kacamatanya dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kirinya serta dengan wajah sangat lucu, karena dia tidak berkacamata. Lalu aku bertanya : “Ngapain kacamatamu!” Dengan enteng dan polos dia menjawab: “Kacamataku masuk lobang neraka!” Aku masih belum tahu apa maksudnya, setelah ku-interogasi, ternyata jelaslah bahwa kacamatanya terkena musibah dan jatuh ke lobang Water Closet, ketika dia “punya hajat”…. ha..ha….ha………..


Setelah mendengar “musibah” tersebut, aku diajaknya berunding tentang bagaimana “memberikan pertolongan” kepada kacamatanya untuk bisa dipakai kembali. Lalu mulailah kami melakukan proses sterilisasi terhadap “korban lobang neraka” tersebut. Proses pertama dengan direndam air panas yang dicampur rinso, lalu sabun antiseptik, dan terakhir direndam dengan cairan pengharum pakaian. Keseluruhan proses tersebut memakan waktu kurang lebih 45 menit, cukup merepotkan memang, tapi apa daya, supaya kacamata yang sudah terperosok dalam “lobang neraka” itu dapat digunakan lagi dengan nyaman, perlu proses melelahkan yang harus dilalui.


Kisah itu mengingatkanku betapa beratnya proses hidup yang harus dilalui oleh seseorang untuk menuju pemurnian atau sterilisasi bagi setiap orang yang jatuh dalam lobang neraka dalam arti yang sebenarnya, yaitu tipu daya iblis : roh pementingan diri, penaklukan serta roh-roh lain yang datangnya bukan dari Allah, tapi justru jauhkan kita dari “gambar“Allah. Ada harga yang harus dibayar dan proses melelahkan yang harus dijalani untuk menuju pertobatan. Dan untuk itulah Yesus mau mati dan merepotkan diri sebagai pembuka jalan bagi pertobatan. Masuk dalam lobang neraka? Siapa mau? Tapi kalau sudah terlanjur jatuh…, ya….harus mau ikut proses sterilisasi dalam Yesus supaya kita menjadi sempurna sebagaimana Bapa yang di sorga adalah sempurna (Lih. Mat 5:48). Kata “sempurna” di sini bukan berarti jadi “super Christian” tapi menjadi manusia yang sesuai dengan fungsinya sebagai manusia, yaitu gambar Allah di dunia. Seperti kacamata yang masuk “lobang neraka” itu perlu disterilkan agar nyaman dipakai lagi dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.







































Tidak ada komentar: